Menurut penulisnya naskah ini merupakan saduran dari babon yang lebih tua. Bagian pertama sampai penobatan Siliwangi (mungkn juga yang dimaksudkannya Guru Gantangan karena ia hanya menyebutkan Sang Nata), disebut Babad Ratu Sunda yang menjadi pegangan silsilah para Bupati Priangan. Sejak priode burak Pajajaran sampai pemerintahan Geusan Ulun di Sumedanglarang disebut Babad Sumedang.
Isi naskah pada bagian pertama mengisahkan keadaan pulau Jawa yang masih kosong sebagai pengantar untuk permulaan berdirinya kerajaan Galuh. Bagian ini ditutup dengan penobatan Prabu Siliwangi. Sebagian besar bagian ini berisi kisah Aria Bangah (Rahiang Banga) dengan Ciung Wanara (Manarah) dengan mengikuti pola babad yang umum mengarah pada pembagian kekuasaan di Pulau Jawa antara Majapahit dengan Pajajaran.
Inti kisah Babad Pajajaran (sebenarnya lebih tepat dinamakan Wawacan Guru Gantangan), sangat mirip dengan lakon Mundinglaya Dikusumah. Sumber kisah adalah : Mimpi Prabu Siliwangi. Guru Gantangan pun naik ke langit, juga pernah mati dan hidup kembali. Dalam pengembaraannya ia diiringi oleh Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung dan dalam perjalanan mencari Ratna Inten (Mimpi Prabu Siliwangi) ia menaklukan Yaksa Jongrang Kalapitung. Perbedaan hanyalah pada tokoh ibunya. Ibu Mundinglaya disebut Padmawati, sedangkan Ibu Guru Gantangan bernama Kentringmanik Mayang Sunda. Akan tetapi nama Padmawati justru unik, karena tidak terdapat atau tercantum dalam sumber-sumber lain yang menyebutkan istri-istri Siliwangi. Sebaliknya nama Kentring Manik Mayang Sunda banyak disebut dalam sumber lain, termasuk kropak 410 (Carita Ratu Pakuan) yang menyebutkan secara lengkap para istri Ratu Pakuan.
Pembuat :
Tahun Pembuatan :
1862 Masehi
Media :
eBook
Bahasa :
Jawa Sunda
Topik :
Naskah Kuno
Provinsi :
Jawa Barat
Deskripsi Fisik :
268 hlm; kertas daluang;
Penerbit :
Institusi :
Museum Sri Baduga
Tautan URL :
www.uptdkebudayaan.jabarprov.go.id/